Kepala BPS Rusman Heriawan mengatakan, dalam setahun pendapatan per kapita penduduk Indonesia naik US$400, karena terbantu oleh pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai enam persen tahun ini.
"Dengan asumsi realisasi pertumbuhan ekonomi 6,0 persen, pendapatan per kapita US$3.000 bisa sampai," kata Rusman kepadaVIVAnews.com di Jakarta.
Meski sudah mencapai angka US$3.000, menurut dia, pendapatan per kapita penduduk Indonesia masih lebih rendah dibanding negara tetangga, seperti Malaysia yang sudah di kisaran US$10.000.
Menurut Rusman, bila dibandingkan secara relatif di kawasan Asean, pendapatan per kapita tertinggi adalah Brunei Darussalam, sedangkan Indonesia menduduki peringkat kelima. Berikutnya setelah Brunei adalah Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, Vietnam, Laos, Burma, dan Kamboja.
"Brunei tertinggi karena hitungan dari PDB (produk domestik bruto) atas jumlah penduduknya sedikit. Sedangkan Indonesia dengan PDB besar, tapi jumlah penduduk juga relatif terbanyak," kata Rusman.
Mengacu data World Development Indicators Database yang dirilis Bank Dunia 2009, Malaysia berada di urutan ke-79 dengan PDB per kapita sebesar US$13.740 per tahun, Indonesia tercantum berada di urutan ke-146 dengan US$3.830 per tahun.
Artinya, dari porsi kekayaan, penduduk Malaysia yang populasinya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Indonesia secara rata-rata lebih makmur dari Indonesia.
Tapi Rusman mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah juga membantu kenaikan pendapatan per kapita Indonesia. "Faktor kedua adalah (pendapatan) per kapita terbantu dengan adanya penguatan nilai tukar rupiah," kata dia.
Rusman juga menjelaskan bahwa bila kekuatan ekonomi dibandingkan dari potensi ekonomi, secara keseluruhan kekuatan ekonomi Indonesia jauh lebih besar dari Malaysia. Saat ini, data BPS mencatat, PDB Indonesia cukup tinggi di Asean.
Secara resmi angka PDB dan pendapatan per kapita ini nantinya oleh BPS akan diumumkan pada pertengahan Februari 2011.
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI
Jakarta pada bulan Maret 2010 sebesar 312,18 ribu (3,48 persen). Dibandingkan
dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 323,17 ribu (3,62
persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 10,99 ribu. Hal ini disebabkan
antara lain oleh:
a) Kondisi ekonomi makro yang relatif stabil dimana pertumbuhan ekonomi triwulan
1 tahun 2010 mencapai angka 6,21 persen.
b) Pada bulan Januari – Maret 2010 inflasi sebesar 0,92 persen.
c) UMP di DKI Jakarta terjadi peningkatan dari 1.069.865 rupiah pada tahun 2009
menjadi Rp 1.118.009 pada 2010.
Garis Kemisknan (GK) tahun 2010 sebesar Rp 331.169 per kapita per bulan, lebih
tinggi dibanding GK tahun 2009 yang sebesar Rp 316.936 per kapita per bulan.
Komposisi Garis Kemiskinan menunjukkan bahwa Garis Kemiskinan Makanan sebesar
Rp 213.487 (64,46 persen) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan sebesar Rp 117.682
(35,54 persen).
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah
beras, rokok kretek filter, daging ayam ras dan telur ayam ras. Komoditi Non-Makanan
yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan dan
listrik, pemeliharaan kesehatan, dan pendidikan.
Keadaan tahun 2010 dibanding dengan keadaan tahun 2009 :
a. Angka kemiskinan (P0) turun 0,14 poin dari 3,62 persen menjadi 3,48 persen.
b. Rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (P1)
menurun dari 0,57 menjadi 0,45.
c. Ketimpangan pengeluaran penduduk miskin (P2) semakin menyempit yaitu dari 0,14
menjadi 0,11.
BPS PROVINSI DKI JAKARTA 2
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010 :
1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2009-Maret 2010
Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2010 sebesar 312,18 ribu orang
(3,48 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009 sebesar 323,17 ribu orang
(3,62 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 10,99 ribu. Hal ini disebabkan antara
lain oleh:
a. Kondisi ekonomi makro yang relatif stabil dimana pertumbuhan ekonomi triwulan 1 tahun
2010 mencapai angka 6,21 persen.
b.Pada bulan Januari–Maret 2010 inflasi sebesar 0,92 persen.
c.UMP di DKI Jakarta terjadi peningkatan dari 1.069.865 rupiah pada tahun 2009 menjadi
1.118.009 rupiah pada 2010
Garis Kemiskinan di Provinsi Bali Menurut Klasifikasi Daerah Tahun 2000 - 2010
Tahun | Garis Kemiskinan | ||
Kota | Desa | Kota+Desa | |
(1) | (2) | (3) | (4) |
2000 | 95 826 | 82 413 | - |
2001 | 105 515 | 90 745 | - |
2002 | 145 650 | 118 463 | 130 586 |
2003 | 158 415 | 130 668 | 141 179 |
2004 | 158 639 | 136 166 | - |
2005 | 166 962 | 136 897 | 152 519 |
2006 | 174 038 | 142 579 | 161 763 |
2007 | 179 141 | 147 963 | 165 954 |
2008 | 190 026 | 158 206 | 176 569 |
2009 | 211 461 | 176 003 | 196 466 |
2010 | 222 868 | 188 071 | 208 152 |
| |||
Sumber: Bali Dalam Angka 2010 |
Berdasarkan data per Maret 2010, Provinsi Bali ''mengoleksi'' 174.930 jiwa penduduk miskin. Jika dikomparasikan dengan populasi penduduk Bali yang mencapai 3,5 juta jiwa, maka persentase penduduk miskin itu berada di level 4,88 persen.
Selain masalah penduduk miskin, Bali juga dibelit masalah pengangguran. Berdasarkan data terakhir, jumlah pengangguran 75.635 orang. Rinciannya, 11.718 orang penggangguran (15,49 persen) berkualifikasi lulusan universitas, 7.079 orang (9,36 persen) berkualifikasi akademi/diploma, 17.032 orang (22,52 persen) berkualifikasi SMK, 21.482 orang (28,40 persen) berkualifikasi SMA, 9.080 orang (12,00 persen) berkualifikasi SMP dan 9.244 orang (12,22 persen) berkualifikasi SD ke bawah. Lantas, apa langkah-langkah strategis yang ditempuh Pemprov Bali guna memangkas jumlah penduduk miskin dan pengangguran di Bali?
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Provinsi Bali Ir. I Nengah Suarca, M.Si. mengatakan jumlah penduduk miskin di Bali berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal itu erat kaitannya dengan kondisi perekonomian Bali yang sebagian besar tergantung dari sektor pariwisata. Dengan kata lain, keterpurukan sektor pariwisata yang terjadi pascatragedi bom Bali I dan II, memberi tamparan sangat telak bagi perekonomian Bali secara menyeluruh. Bukan hanya pekerja di sektor pariwisata, juga mendatangkan dampak negatif bagi pekerja di sektor lainnya seperti industri kecil-menengah, perdagangan bahkan pertanian. Namun dengan kerja keras pemerintah bersama dunia usaha, maka ekonomi Bali berangsur-angsur mulai normal. Sejalan dengan itu, jumlah warga miskin juga berangsur-angsur berkurang.
sumber : http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=10&id=40252
www.bps.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar